Kereta Api Lodaya: Sang Maung, Primadona Rute Solo-Bandung

Related Articles

Maung Lodaya adalah julukan yang melekat pada Kereta Api Lodaya. Kereta Api ini merupakan kereta kelas eksekutif dan ekonomi premium yang melayani rute Solo Balapan–Bandung Hall. Kereta ini beroperasi dua kali sehari, yakni pada jadwal pagi dan malam.

CC 203-03 – KA 79 Lodaya Pagi Rangkaian Mild Steel/Rangkaian Lama Bisnis dan Eksekutif GAPEKA 2017 berangkat Stasiun Yogyakarta

Nama “Lodaya” sendiri berasal dari kisah seekor macan putih atau Harimau Lodaya (maung dalam bahasa Sunda), yang merupakan jelmaan Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Sunda Galuh. Dalam cerita tersebut, Prabu Siliwangi menjelma saat berhadapan dengan putranya, Raden Kian Santang. Dalam bahasa Sunda modern, kata “lodaya” digunakan untuk menyebut harimau, sedangkan “maung” digunakan secara umum untuk hewan genus Panthera selain singa.

CC 206 – KA 80 Lodaya Pagi Rangkaian Mild Steel/Rangkaian Lama Bisnis dan Eksekutif GAPEKA 2017 persiapan melintas langsung Stasiun Patukan

Awal Layanan dan Perubahan Menjadi Lodaya

Sebelum dikenal sebagai Kereta Api Lodaya, rute ini dilayani oleh dua kereta, yaitu Fajar Pajajaran dan Senja Mataram, yang mulai beroperasi pada 11 Maret 1992. Fajar Pajajaran berangkat dari Bandung di pagi hari, sedangkan Senja Mataram berangkat dari Yogyakarta di malam hari.

CC 203-05 – KA 80 Lodaya Pagi Rangkaian Mild Steel/Rangkaian Lama Bisnis dan Eksekutif GAPEKA 2017 berangkat Stasiun Yogyakarta

Pada 1 September 1992, rute layanan kereta ini diperpanjang hingga Solo Balapan. Perubahan besar dilakukan pada 12 Mei 2000 ketika PT Kereta Api Indonesia (KAI) menggantikan layanan Fajar Pajajaran dan Senja Mataram dengan kereta baru bernama Lodaya.

CC 206-02 – KA 80 Lodaya Pagi Rangkaian Stainless Steel/Rangkaian Baru Eksekutif & Ekonomi Premium GAPEKA 2017 berangkat Stasiun Yogyakarta

Rangkaian Kereta dan Perkembangannya

Rangkaian kereta api ini memiliki desain yang khas dengan corak biru-putih. Bagian ujung kanan dan kiri kereta berwarna biru, sedangkan bagian tengahnya putih, dengan tulisan “Lodaya” yang menjadi identitasnya. Namun, pada awal operasinya, rangkaian kereta ini sering berganti-ganti.

CC 206 – KA 79 Lodaya Pagi Rangkaian Stainless Steel/Rangkaian Baru Eksekutif & Ekonomi Premium GAPEKA 2017 menikung di JPL 734 Banymeneng Banyuraden, Godean Sleman

Pada tahun 2003, PT KAI memperkenalkan Kereta Api Lodaya II untuk menambah pilihan perjalanan. Mulai tahun 2018, kereta api Lodaya beroperasi menggunakan rangkaian kereta berbahan baja nirkarat buatan PT INKA. Rangkaian baru ini melayani dua kelas, yaitu kelas eksekutif dan ekonomi premium, dengan fasilitas modern yang memberikan kenyamanan maksimal bagi para penumpang.

FAQ tentang Kereta Api Lodaya

Nama "Lodaya" berasal dari legenda Harimau Lodaya, jelmaan Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Sunda Galuh. Dalam bahasa Sunda modern, "lodaya" digunakan untuk menyebut harimau, dan "maung" untuk macan secara umum.

Awalnya, rute ini dilayani oleh kereta Fajar Pajajaran dan Senja Mataram pada 1992. Pada 12 Mei 2000, PT KAI mengganti layanan tersebut dengan kereta baru bernama Lodaya yang melayani relasi Bandung–Solo Balapan.

Kereta Api Lodaya menyediakan fasilitas modern, termasuk AC, kursi ergonomis, toilet bersih, stop kontak, dan layanan kelas ekonomi premium serta eksekutif yang nyaman.

Kereta Api Lodaya menggunakan rangkaian berbahan baja nirkarat buatan PT INKA yang dirilis pada 2018. Rangkaian ini dikenal lebih modern, tahan lama, dan dirancang untuk kenyamanan perjalanan jarak jauh.

More on this topic

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

Advertisment

Popular stories