Stasiun Kedundang (KDG) adalah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Kelurahan Kulur, Kapanéwon Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Stasiun ini berada pada ketinggian +11 meter dan termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta. Lokasinya merupakan yang paling barat di Kabupaten Kulon Progo dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Meskipun dinamakan Stasiun Kedundang, secara administratif stasiun ini tidak berada di Desa Kedundang, melainkan di sebelah utara desa tersebut. Stasiun ini berada di lintasan antara Stasiun Wates dan Stasiun Wojo.
Masa Nonaktif dan Revitalisasi
Pada tanggal 21 Juli 2007, Stasiun Kedundang dinonaktifkan. Penutupan ini dilakukan untuk efisiensi setelah jalur ganda lintas Yogyakarta-Kutoarjo dibuka, mengingat fungsi awalnya hanya sebagai stasiun persilangan kereta api saat jalur rel masih tunggal. Sebelum dinonaktifkan, sekitar 2 km ke arah timur stasiun ini terdapat Halte Pakualam di wilayah Hargorejo, Kokap, Kulon Progo.
Seiring pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) di Temon, muncul wacana untuk mengaktifkan kembali Stasiun Kedundang sebagai sub penghubung menuju bandara. Akibat pembangunan jalur baru, bangunan lama stasiun dan fasilitas pendukungnya, kecuali gardu persinyalan blok intermediate, dirobohkan.
Pengoperasian Kembali dan Modernisasi
Pada 18 Agustus 2021, Stasiun Kedundang dioperasikan kembali bersamaan dengan pemasangan sistem persinyalan elektrik baru. Bangunan lama di sisi selatan digantikan dengan bangunan baru di sisi utara jalur rel. Sistem persinyalan blok intermediate yang sebelumnya digunakan selama masa nonaktif kini digantikan oleh persinyalan elektrik produksi Len Industri.
Stasiun ini kini memiliki tiga jalur kereta api: jalur 1 sebagai sepur lurus arah Kutoarjo, jalur 2 sebagai sepur lurus arah Yogyakarta sekaligus jalur cabang menuju bandara, dan jalur 3 sebagai sepur raya tambahan. Pada tahun 2022, dibangun jalur belok baru di dekat ruang PPKA, menambah total jalur menjadi empat.
Ciri Khas Arsitektur dan Bangunan Lama
Bangunan lama Stasiun Kedundang memiliki arsitektur khas era Hindia Belanda, mirip dengan Stasiun Sukoharjo, Winongo, Palbapang, dan Bantul. Karakteristik ini terlihat dari desain atap dan ventilasi udara berbentuk bulat. Stasiun ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1887 oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api negara Hindia Belanda, saat jalur Yogyakarta-Maos-Cilacap dikembangkan.
Bangunan lama stasiun memiliki beberapa ruangan, termasuk ruang tunggu penumpang, ruang pelayanan tiket, ruang kepala stasiun, dan ruang PPKA. Saat nonaktif, kondisi bangunan lama semakin rusak, dengan pintu, jendela, lantai, dan ruang tunggu yang tidak terawat.
Fasilitas Tambahan di Sekitar Stasiun
Selama masa operasional sebelumnya, Stasiun Kedundang memiliki fasilitas seperti toilet, sumur, gardu persinyalan blok, dan dua rumah dinas DKA. Di sebelah barat stasiun terdapat perlintasan sebidang dengan nomor pos jaga 667. Hingga masa nonaktif, papan nama stasiun versi Perumka masih terpasang, mengingatkan pada masa kejayaannya.
FAQ tentang Stasiun Kedundang
Kapan Stasiun Kedundang diaktifkan kembali?
Stasiun Kedundang resmi diaktifkan kembali pada tanggal 18 Agustus 2021. Pengoperasian ini ditandai dengan instalasi sistem persinyalan elektrik modern untuk mendukung jalur kereta menuju bandara YIA.
Apa saja perubahan yang terjadi pada Stasiun Kedundang setelah diaktifkan kembali?
Stasiun ini mengalami modernisasi besar, termasuk pembangunan gedung baru di sisi utara rel, pemasangan sistem persinyalan elektrik, dan penambahan jalur kereta hingga total empat jalur. Jalur ini termasuk sepur raya untuk percabangan menuju bandara.
Apa ciri khas arsitektur bangunan lama Stasiun Kedundang?
Bangunan lama Stasiun Kedundang memiliki desain khas Hindia Belanda dengan atap unik dan ventilasi berbentuk bulat. Bangunan ini mirip dengan stasiun-stasiun lain seperti Sukoharjo, Winongo, dan Palbapang, yang menunjukkan gaya era kolonial.
Siapa yang membangun Stasiun Kedundang pada awalnya?
Stasiun ini dibangun oleh Staatsspoorwegen, perusahaan kereta api pemerintah Hindia Belanda, sekitar tahun 1887 sebagai bagian dari jalur Yogyakarta-Maos-Cilacap.
Apa yang terjadi dengan bangunan lama Stasiun Kedundang?
Bangunan lama stasiun telah dirobohkan untuk memberi ruang bagi pembangunan jalur kereta baru menuju bandara YIA. Beberapa elemen seperti gardu persinyalan blok tetap dipertahankan sebelum akhirnya diganti dengan sistem modern.
Stasiun Kedundang telah melewati perjalanan panjang, dari masa kejayaannya sebagai stasiun persilangan kecil hingga masa nonaktif dan akhirnya kembali dihidupkan sebagai penghubung strategis menuju Bandara Internasional Yogyakarta (YIA). Transformasi ini mencerminkan pentingnya adaptasi transportasi kereta api terhadap kebutuhan modern, sekaligus menjaga nilai historisnya sebagai bagian dari warisan perkeretaapian Indonesia. Dengan modernisasi yang terus dilakukan, Stasiun Kedundang tidak hanya menjadi penghubung mobilitas masyarakat tetapi juga simbol integrasi antara tradisi dan inovasi dalam sistem transportasi nasional.