Kuda Malam Lintas Selatan adalah julukan untuk Kereta Api Turangga. Nama ini diambil dari istilah “Turangga”, yang dalam kepercayaan rakyat Jawa merupakan kuda tunggangan para bangsawan. Penamaan ini mencerminkan harapan agar kereta ini mampu melaju kencang dan handal dalam berbagai situasi, seperti layaknya kuda para ksatria.
Kereta Api Turangga merupakan layanan kereta api penumpang kelas Eksekutif yang dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia (KAI), melayani rute Bandung–Surabaya Gubeng melalui lintas selatan Pulau Jawa. Dengan jarak tempuh 696 km, kereta ini berangkat pada malam hari dan tiba di tujuan keesokan paginya. Layanan ini beroperasi berlawanan dengan Kereta Api Argo Wilis.
Sejarah dan Perkembangan Kereta Api Turangga
Kereta Api Turangga mulai beroperasi pada 1 September 1995, awalnya melayani rute Bandung–Surabaya dengan kelas Bisnis Plus dan Eksekutif. Seiring waktu, pada 11 Oktober 1999, layanan kelas bisnis dihapus dan hanya menyisakan kelas eksekutif. Rangkaian bisnisnya kemudian dimutasi ke Malang untuk pengoperasian Kereta Api Gajayana.
Pada 19 Januari 2009, Kereta Api Turangga mulai menggunakan rangkaian hasil penyehatan kereta buatan tahun 1960, dengan ciri khas warna hijau di bagian interiornya. Selanjutnya, pada pertengahan 2018, rangkaian ini diganti dengan kereta berbahan baja nirkarat buatan INKA (Industri Kereta Api), yang meningkatkan kenyamanan dan keamanan perjalanan.
Perubahan Rute dan Operasi
Berdasarkan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) per 1 Desember 2019, rute Kereta Api Turangga sempat diperpanjang hingga Stasiun Gambir (Jakarta). Namun, pada 1 September 2020, rute ini dikembalikan seperti semula karena tingkat keterisian penumpang rute Bandung–Jakarta menurun akibat pandemi Covid-19.
Pada 28 September 2022, dalam rangka HUT PT KAI ke-77, kecepatan Turangga meningkat dari 105 km/jam menjadi 120 km/jam. Seiring berlakunya Gapeka 2023 pada 1 Juni 2023, Kereta Api Turangga mulai bertukar rangkaian dengan Kereta Api Argo Wilis.
Pola Operasi dan Tukar Rangkaian
Dalam pola operasi terbaru, Kereta Api Turangga dan Argo Wilis menggunakan sistem tukar rangkaian dengan konsep “tiga rangkaian & empat perjalanan”. Rangkaian kereta yang tiba di Surabaya Gubeng sebagai Turangga akan melanjutkan perjalanan kembali ke Bandung dengan nama Argo Wilis, begitu pula sebaliknya.
Contohnya, Turangga 66 berangkat dari Bandung pukul 18.10 WIB dan tiba di Surabaya Gubeng pukul 04.20 WIB. Rangkaian yang tiba ini akan berangkat kembali sebagai Argo Wilis 5 dari Surabaya Gubeng pukul 08.15 WIB. Begitu pula, Argo Wilis 6 yang tiba di Surabaya akan berganti menjadi Turangga 65 untuk keberangkatan pukul 20.00 WIB.
Untuk mengatasi kendala di Bandung, di mana pergantian rangkaian tidak memungkinkan, trainset cadangan ketiga digunakan. Trainset ini akan melanjutkan perjalanan ke Surabaya, memastikan rotasi tetap berjalan lancar.
Untuk memudahkan pemahaman, maka akan dibuatkan diagram sederhana urutan perjalanan kereta api sebagai berikut:
Pola rangkaian | Alur penomoran kereta |
Trainset 1 (sambungan karet) | KA 66 Turangga > Tukar papan nama di Surabaya Gubeng > KA 5 Argo Wilis > Istirahat di Depo Kereta BD > KA 6 Argo Wilis > Tukar papan nama di Surabaya Gubeng > KA 65 Turangga > Istirahat di Depo Kereta BD |
Trainset 2 (sambungan karet) | KA 6 Argo Wilis > Tukar papan nama di Surabaya Gubeng > KA 65 Turangga > Istirahat di Depo Kereta BD > KA 66 Turangga > Tukar papan nama di Surabaya Gubeng > KA 5 Argo Wilis > Istirahat di Depo Kereta BD |
Trainset 3 (cadangan ex SDT) | Rangkaian “bertukar pemain” di Stasiun Bandung. KA 65 Turangga datang Stasiun Bandung > Istirahat di Depo Kereta BD > KA 6 Argo Wilis menggunakan Rangkaian ke-3 |
Jadi, kereta api Argo Wilis dan Turangga hanya “berubah nama” di Stasiun Surabaya Gubeng dengan satu rangkaian yang sama. Sedangkan di Stasiun Bandung, tepatnya di Depo Kereta Bandung mereka menukarkan satu rangkaian atau “ganti pemain” dengan rangkaian lain untuk beristirahat seperti pola rangkaian KA Pasundan dan KA Kahuripan.
FAQ tentang Kereta Api Turangga
Mengapa Kereta Api Turangga disebut Kuda Malam?
Nama "Turangga" berarti kuda tunggangan bangsawan Jawa, mencerminkan kecepatan dan ketahanan kereta ini yang berangkat pada malam hari.
Kapan Kereta Api Turangga mulai beroperasi?
Turangga mulai beroperasi pada 1 September 1995 melayani rute Bandung–Surabaya.
Apakah Kereta Api Turangga hanya melayani kelas eksekutif?
Ya, sejak 11 Oktober 1999, Turangga hanya melayani kelas eksekutif.
Bagaimana sistem tukar rangkaian dengan Argo Wilis?
Turangga dan Argo Wilis saling bertukar rangkaian di Surabaya Gubeng dalam pola operasi tiga rangkaian dan empat perjalanan.