KRL JR 205 Jogja-Solo, yaitu JR 205-9 dan JR 205-32, adalah rangkaian kereta listrik seri JR 205 yang pernah beroperasi di lintas Yogyakarta–Solo–Palur pada tahun 2020 hingga 2022. Sebelum digunakan di Indonesia, rangkaian KRL ini melayani Jalur Musashino Line di Jepang sejak tahun 1986 hingga pensiun pada tahun 2013. Setelah diimpor, KRL ini dibeli oleh PT KCJ (sekarang PT KAI Commuter) dan sempat beroperasi di lintas Jakarta Daop 1 sebelum akhirnya menjadi bagian dari transportasi modern di Jogja-Solo.
Pada tahun 2020, KRL seri 205 menjadi rangkaian eks Jepang pertama yang beroperasi di luar Jabodetabek. Pada bulan Oktober dan Desember 2020, KAI Commuter mengirim dua rangkaian KRL JR 205 dari Stasiun Depok ke Daop 6 Yogyakarta, yaitu eks KeYo M22 (SLO 32) dan eks KeYo M23 (SLO 9). Di Daop 6, rangkaian ini dioperasikan bersama dengan KRL KfW i9000.
Insiden dalam Pengiriman KRL
Pengiriman rangkaian KRL ini diwarnai dua insiden yang terjadi pada JR 205-9. Insiden pertama terjadi saat KRL hendak memasuki Stasiun Kalioso, di mana atap AC Central dan pantograf rusak parah akibat tersangkut kerangka Jembatan Kalioso yang memiliki jarak aman sangat mepet. Akibat kejadian ini, kereta harus berhenti luar biasa (BLB) untuk pemeriksaan sebelum melanjutkan perjalanan.
Insiden kedua terjadi saat KRL memasuki jalur belok Stasiun Kadipiro. Karena jarak aman antar bemper dan peron sangat sempit, bemper KRL menyerempet peron stasiun. Untuk menghindari kejadian serupa, pada pengiriman JR 205-32 dilakukan pencopotan bemper, AC Central, dan pantograf.
Operasional dan Ciri Khas KRL JR 205
Setelah diperbaiki, JR 205-9 mulai beroperasi di Lintas Jogja-Solo, sementara JR 205-32 mendapat pemasangan stiker khas Batik Parang Barong, simbol budaya Yogyakarta dan Solo. Rangkaian KRL ini menggunakan sistem propulsi VVVF IGBT Toyo Denki yang menghasilkan suara akselerasi unik seperti pesawat terbang, sehingga dijuluki “Jet Darat”.
Selama masa operasionalnya, rangkaian JR 205-9 dan JR 205-32 melayani rute Yogyakarta–Solo Balapan hingga perpanjangan rute ke Palur. Kehadiran KRL ini menjadi ikon transportasi modern sekaligus simbol hubungan budaya antara Yogyakarta dan Solo.
Pemulangan dan Akhir Dinas di Lintas Jogja-Solo
Pada September 2022, kedua rangkaian KRL seri JR 205 ini dipulangkan ke Depo KRL Depok untuk menjalani perawatan dan menambah armada di Jabodetabek. Selanjutnya, sejak Oktober 2022, JR 205-9 dan JR 205-32 dimutasi ke Depo KRL Bukit Duri dan kemudian ke Depo KRL Bogor.
Kisah perjalanan KRL JR 205-9 & JR 205-32 di lintas Yogyakarta–Solo–Palur menjadi bagian penting dalam sejarah transportasi kereta api modern di Indonesia, meskipun kehadirannya hanya berlangsung singkat.
FAQ tentang KRL JR 205 Jogja-Solo
Apa saja insiden yang terjadi saat pengiriman KRL ini?
Ada dua insiden yang terjadi pada JR 205-9 selama pengiriman. Pertama, kerusakan atap AC Central dan pantograf akibat tersangkut kerangka Jembatan Kalioso. Kedua, bemper KRL menyerempet peron di Stasiun Kadipiro karena jarak aman yang sempit. Untuk menghindari masalah serupa, JR 205-32 dikirim dengan beberapa komponen dilepas terlebih dahulu.
Mengapa KRL JR 205 berhenti beroperasi di Jogja-Solo?
Pada September 2022, KRL JR 205-9 dan JR 205-32 dipulangkan ke Depo KRL Depok untuk menjalani perawatan dan memperkuat armada KRL di Jabodetabek. Hal ini mengakhiri masa operasionalnya di lintas Jogja-Solo.
Apa arti corak Batik Parang Barong pada KRL JR 205-32?
Corak Batik Parang Barong pada KRL JR 205-32 adalah penghormatan terhadap budaya lokal Yogyakarta dan Solo. Corak ini mencerminkan integrasi modernisasi transportasi dengan nilai-nilai tradisional.
Apakah KRL JR 205 masih beroperasi di Indonesia?
Ya, meskipun tidak lagi melayani lintas Jogja-Solo, KRL JR 205 masih beroperasi di wilayah Jabodetabek sebagai bagian dari armada PT KAI Commuter.
Kehadiran KRL JR 205-9 dan JR 205-32 di lintas Yogyakarta–Solo–Palur telah memberikan warna tersendiri dalam sejarah transportasi kereta api Indonesia. Meskipun masa operasionalnya singkat, kehadiran KRL eks Jepang ini menjadi simbol modernisasi transportasi sekaligus penghubung budaya antara dua kota besar, Yogyakarta dan Solo. Dengan teknologi canggih dan corak Batik Parang Barong yang khas, KRL ini meninggalkan kesan mendalam bagi masyarakat yang pernah menikmatinya. Kini, meski telah kembali ke Jabodetabek, kisahnya tetap menjadi bagian penting dalam perjalanan transformasi layanan kereta api di Tanah Air.