Setelah cap-cip-cup pun saya ujung-ujungnya memilih warung yang paling dekat dengan pantai. Hahaha.. Alasannya? Ya karena warung ini punya jendela yang menghadap ke pantai. Walau nggak kelihatan langsung, setidak-tidaknya saya nggak harus melihat tembok warung lain sambil makan.
Ketika saya duduk dengan nyaman, lalu disodorin buku menu. Saya hanya bisa bertanya, “Ini beneran segini?”
Empat Tahun Berlalu, Akankah Kuliner Pantai Lebih Berubah?
Berbeda dengan empat tahun lalu. Kali ini saya datang malam. Setelah seharian berkeliling Gianyar dan Ubud, kami memutuskan untuk berisitrahat sejenak di Pantai Lebih sambil menuruti perut yang lapar. Agak tidak menyangka karena ternyata pantai Lebih itu ramai di malam hari dibandingkan ketika siang hari.
Dengan lupa-lupa ingat, saya mencari warung makan yang dulu saya singgahi. Setelah berputar-putar, saya jadi ingat, “Oh iya, warungnya kan yang paling dekat sama pantai. Kenapa nggak ke sana saja?”
Sampai di depan warung itu, saya masih terdiam. Bener ini nggak ya warungnya?
Tapi karena perut sudah lapar, dan warung lain juga nggak terlihat begitu menarik, maka saya putuskan masuk.
Saya duduk dan melihat buku menu.
Ternyata tidak ada yang berubah. Menu yang dijual masih sama. Lalu bagaimana dengan harganya?